Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
"Daun yang jatuh tak pernah membenci angin..... Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya."
"Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun...daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggut dari tangkai pohonnya."
Kalimat-kalimat di atas merupakan penggalan dari sebuah buku yang baru saja aku baca. Buku itu berjudul Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, sebuah karya dari Tere-Liye.
Ceritanya sederhana dan banyak ditemukan di kehidupan nyata. Walaupun
sederhana, tapi buku ini memberikan sebuah pelajaran penting: Ikhlas.
Judul Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin terinspirasi dari kalimat anonymous: The Falling Leaf Doesn't Hate The Wind yang dipopulerkan dalam film Jepang Zatoichi.
Sebuah
novel yang mengambil setting di lantai 2 sebuah toko buku terbesar di
kota Depok, saat Depok sedang giat-giat pembangunan mal dan trade centre
ketika itu. Di mana Tania sang tokoh utama berdiri di jendela lantai 2
toko buku memandang suasana jalan di bawah yang sedang hujan, sejak
pukul 20.00 hingga 20.50 saat toko buku itu tutup. Dilanjutkan sampai
pukul 21.17 di mana Tania menyetir pulang mobilnya. Dalam alur pukul
20.00-21.17 tersebut Tania sedang mereka2 ulang dalam pikirannya semua
kejadian yang ia alami.
Semenjak masih mengasong bersama adiknya, Dede.
Saat ia bertemu dengan Danar yang membantu merubah hidup Tania, Ibunya dan Dede.
Di mana Tania dan Dede bisa sekolah lagi dan ibunya bisa berjualan kue.
Saat Tania mulai memendam perasaan pada Danar.
Saat ibu Tania meninggal dunia.
Saat Tania mendapatkan dan menjalani beasiswa sekolah di Singapura.
Saat Danar menikah dengan Kak Ratna.
Saat Tania cemburu dengan pernikahan Danar.
Semuanya indah...
Sebuah
novel yang mengangkat tokoh anak belasan tahun yang mulai merasa suka
dengan seseorang yang lebih tua jauh darinya, yang awalnya Tania pun
tak mengerti perasaan apa itu...
Tentang kejujuran, tentang
semangat berjuang meraih cita-cita, tentang kerelaan, dan tentang
kesediaan bertanggungjawab akan pilihan sendiri.
Di mana
Danar ternyata punya perasaan sama dengan Tania, namun tak pernah
terungkap. Hingga hubungan Danar dengan Ratna istrinya yang mungkin tak
lebih dicintai dari Tania, retak. Ratna kembali ke rumah orang tua,
namun Tania sendiri tak menyukai cara itu, walau Tania punya perasaan
yang sama dengan Danar.
Yang harus kita mengerti disini
adalah lupakanlah semua perasaan masa lalu. Entah kepada seseorang yang
pernah mengisi hati kita, jalanilah hidup dengan pasangan yang kita
pilih untuk jadi pendamping hidup...karena dialah yang telah menjalani
hari-hari berat dengan kita, yang telah sanggup memahami kita yang
asli...
Jangan hiraukan perasaan akan masa lalu...
Komentar
Posting Komentar