Damai Itu...






Damai itu indah

Seringkali damai itu dipersepsikan sebagai lawannya kekerasan. Seringkali damai dipersepsikan dengan sesuatu yang baik. Sebuah negeri yang damai, yang tak ada terjadi satupun kekerasan, permusuhan, dan pertikaian seringkali menjadi harapan setiap insan yang menginginkan perdamaian. Sehingga seringkali setiap ada orang yang merusak tatanan perdamaian di tengah-tengah kehidupan para insan itu akan menjadi bulan-bulanan para insan pencinta perdamaian.

Di sebuah rekaman pidato Bung Karno, diceritakan olehnya sebuah negeri yang disebut dengan negeri Uttara Kuru. Bung Karno mengenal negeri itu dari kitab Ramayana. Bung Karno menceritakan sebagaimana disebutkan dalam Kitab Ramayana yang dibacanya, bahwa di Negeri Uttara Kuru tidak ada panas yang terlalu, tidak ada dingin yang terlalu, tidak ada manis yang terlalu, tidak ada pahit yang terlalu. Digambarkan, segala yang terjadi di negeri Uttara Kuru itu serba tenang dan tenang. Tidak ada panas dan tidak ada dingin. Serba sedang. Tidak ada gelap dan tidak ada terang yang cemerlang. Dalam istilah Jawa-nya “adem tentrem kadya siniram banyu wayu sewindu lawas”. Sebuah negeri yang penuh dengan perdamaian. Apa demikian yang namanya damai itu?

Oleh Bung Karno, gambaran sebuah negeri yang dipenuhi rasa kedamaian seperti itu ditolak mentah-mentah oleh Bung Karno.

“Di dalam Kitab Ramayana itu sudah dikatakan, hmm negeri yang begini tidak bisa menjadi negeri yang besar. Sebab tidak ada up and down, up and down! Perjuangan tidak ada! Semuanya itu adem tentrem seneng seneng senengpun tidak terlalu seneng, tidak terlalu sedih, setenang tenang tenang tenang Uttara Kuru.” tegas Bung Karno khas.

“Apa engkau ingin menjadi satu bangsa yang demikian, Saudara-saudara?” tanya Bung Karno retoris.

“Tidak !” jawab Bung Karno tegas.

“Kita tidak ingin menjadi satu bangsa yang demikian. Kita ingin menjadi satu bangsa yang seperti ini tiap hari, digembleng oleh sadar! Digembleng! Hampir hancur lebur bangun kembali! Digembleng! Hampir hancur lebur bangun kembali!” seru Bung Karno berapi-api.

***

Saat ini, di dunia ini, ada sebuah negara yang menyatakan diri sebagai negara pencipta perdamian dunia. Negara yang menjadi polisi bagi negara-negara di dunia. Negara yang siap menggebuk negara lain yang nakal menurut kacamatanya. Negara itu mendefinisikan perdamaian dunia dengan ketundukan seluruh pemerintahan negara-negara di seluruh dunia di bawah ketiaknya. Negara itu sering mengatasnamakan perang dan invasi ke negara lain dengan dalih “Mewujudkan Perdamaian Dunia”. Senjata yang dibuatnya menurutnya sebagai alat untuk menjaga perdamian dunia. Apakah demikian yang namanya damai itu?

***

Di sebuah negeri yang disebut sebagai negeri bedebah, ada lagi kisah tentang perdamaian. Di negeri bedebah itu, aparatur negaranya serba hidup mewah. Sementara rakyat di negeri para bedebah itu hanya mampu mengais sampah. Jika terjadi percekcokan diantara para aparatur negara di di negeri para bedebah, mereka membawanya ke sebuah lembaga yang disebut dengan pengadilan. Di meja sidang pengadilan, mereka mendamaikan permasalahannya sehingga sesudah keluar dari pengadilan keduanya pun berdamai. Apa demikian yang namanya damai itu?

Jika diantara para aparatur negara di negeri para bedebah itu melakukan korupsi, maka mereka pun tak berkeberatan dipanggil oleh aparat hukum. Sedikit lobi dan kompromi, kasus korupsi yang melilit sang aparatur negara di negeri para bedebah itu pun berujung perdamian. Mereka pun tersenyum. Tak ada percekcokan, tak ada permusuhan. Semuanya serba damai. Apa demikian yang namanya damai itu?

Jika suatu saat terjadi kezaliman aparatur negara terhadap rakyat di negeri para bedebah, biasanya mereka juga akan membawanya ke suatu lembaga penegak hukum. Setelah dilakukan komunikasi dan interaksi, demi menjunjung tinggi asas perdamaian dan anti permusuhan serta perselisihan, maka kasus kezaliman sang aparat negara itu tidak perlu dilanjutkan dalam pengadilan karena akan mengancam situasi negara dan memecah suasana perdamaian di negeri para bedebah. Apa demikian yang namanya damai itu?

***

Suatu hari, kawanku naik motor di jalan raya kota tanpa mengenakan helm. Kebetulan saat itu melintas seorang aparat kepolisian yang melihat kawanku menaiki motor tanpa mengenakan helm. Kawanku lantas diminta berhenti. Kawanku dianggap melanggar peraturan lalu lintas. Selanjutnya kawanku meminta damai kepada sang aparat kepolisian yang menghentikan laju motornya. Dengan selembar uang Rp. 20.000, kawanku mengajukan tawaran perdamaian dengan petugas. Sang petugas tidak mau. Ternyata ia menginginkan perdamaian dengan uang Rp. 50.000,- Kawanku pun menyepakatinya. Keduanya pun sepakat berdamai dengan Rp. 50.000,-. Sekali lagi, apa demikian yang namanya damai itu?

Lalu sebenarnya apa pendapatmu tentang damai itu kawan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KARAKTERISTIK INFORMASI

Sistem Informasi Pemasaran

Enterprise Resource Planning (ERP) Solusi Sistem Informasi Terintegrasi